Hai ketemu lagi kita!
Mulai hari Rabu, 19 Jan 2011 kemarin adalah kelas pertama saya dalam program Music Composition and Scoring di Ponpin. Yang mengajar adalah Indra Perkasa. Kelasnya akan berlangsung selama 2 tahun setiap Rabu pagi.
Mulai sekarang saya akan men-share pelajaran yang saya dapat setiap minggunya di blog ini (dengan sudut pandang dan pengetahuan seorang murid tentunya. hehehe..). Saya juga akan men-share PR dan project yang saya kerjakan.
Okeh, pelajaran pertama saya adalah tentang Sejarah perkembangan musik film dan modal seorang composer yaitu Modes.
Musik latar (music scoring) pada sebuah film adalah suatu hal yang akan menambah kedalaman (depth) film tersebut. Dengan musik maka kita bisa mengetahui pada waktu kapan dan dimana setting film itu. Dan dengan musik juga memperkuat scene yang sedang berlangsung dan karakter orang yang memerankan adegan tersebut.
Dulu komposer music scoring berlatar belakang komposer musik klasik. Karena itu biasanya musik scoring film jaman dulu lebih bertema European Romantic Music yang biasanya lebih dramatis. Namun seiring perkembangan jaman, influence para komposer untuk musik scoring semakin beragam. Dari jazz sampai rock n roll sudah biasa digunakan sebagai musik scoring.
Pelajaran teoritis pertama saya adalah tentang "Modes". Gimana ya menjelaskan modes... Intinya (mudah2an tidak salah) modes itu adalah tangga nada. Tangga nada yang biasanya kita tahu adalah do-re-mi-fa-sol-la-si-do. Namun sebenarnya, tangga nada tidak harus dimulai dari nada do (yang disebut ionian). Bisa jadi dimulai dari re-mi-fa-sol-la-si-do-re (yang disebut dorian). Begitu juga selanjutnya dari mi, atau fa, atau sol, etc. Jadi modes itu ada berbagai macam. Untuk penjelasan tentang modes lengkap dapat dicari tahu sendiri mungkin dengan guru yang sudah ahli. Hehe..
Bagi seorang composer, modes adalah sebuah modal untuk membuat aransemen lagu untuk mood-mood tertentu. Modes adalah vocabulary bagi penulis. Sehingga semakn kita menguasai modes yang ada semakin beragam kita dapat menciptakan musik dengan mood yang beragam. Contoh : modes Harmonic Minor biasanya digunakan untuk mood-mood bernuansa arabic. Atau modes Pentatonic biasanya digunakan untuk mood-mood bernuansa asia. Dan sebagainya.
Walaupun pada prakteknya kita tidak harus menggunakan satu modes sebagai acuan untuk mood tersebut. Kita dapat mengkombinasikannya dan dapat pula tidak menggunakan modes secara kaku. Semuanya kembali lagi kepada bagaimana enaknya nada tersebut terangkai dan sesuai kepada mood visual yang kita beri musik.
Pada akhir pertemuan, mas Indra memberikan sebuah tugas untuk membuat sebuah lagu singkat sederhana (cukup 8 bar) dan ditulis pada kertas tangga nada. Lagu itu akan menjadi theme lagu visual kita. Pada pertemuan selanjutnya lagu tersebut dapat di twist menjadi lagu dengan berbagai mood. Saya jadi penasaran akan diapakan lagu saya pada pertemuan selanjutnya. Pada posting selanjutnya saya akan mengupload lagu yang saya buat. Yah kira2 nanti malam atau besok kali ya saya post. Hehe... Keep visiting. :))
lanjutkan kak, sangat bermanfaat. saya akan sering mengunjungi blog ini, sekalian saya sedang membuat skripsi tentang musik film (atau musik latar)
ReplyDelete