Tuesday, May 4, 2010

Got Out from My Comfort Zone


Enam bulan lalu saya adalah seorang pekerja di sebuah perusahaan retail ternama dan juga sebuah musisi di sebuah band ternama pula (haha, amiin). Coba bayangkan, betapa beruntungnya saya. Di saat semua orang kesulitan mencari pekerjaan, saya mempunyai dua pekerjaan SEKALIGUS. Dengan dua pekerjaan tentu saja tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Ya, saya termasuk orang yang beruntung. Bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi memang dua pekerjaan tersebut saya dapatkan karena memang tawaran yang datang dengan sendirinya tanpa saya perlu bersusah payah mencarinya. Apakah saya hebat, belum tentu. Yang jelas saya beruntung..

Bila diingat dulu sewaktu SMU adalah saat pertama kali saya ditawarkan untuk membuat band yang cukup serius. Alhamdulillah band tersebut berkembang menjadi SOULVIBE yang sekarang ini menjadi keluarga kedua saya.

Begitu pula dengan pekerjaan saya sebagai Process Development di perusahaan retail. Tanpa perlu bersusah payah mengirimkan lamaran, saya ditawarkan bekerja di perusahaan tersebut. Bahkan dengan keterbatasan waktu saya dikarenakan kesibukan SOULVIBE perusahaan tersebut masih mau memperkerjakan saya.

Hingga pada suatu titik saya merasakan MATI. Stagnan. Tak bernyawa. Kehidupan kantor tak lagi menarik. Rutinitas pekerjaan tak lagi menantang. Jadi untuk apakah saya bekerja? Keamanan finansial? Kebanggan karena bekerja "kantoran"? Atau rasa aman karena fikiran "yahh kalau ini tidak berhasil saya masih punya itu".

"Jadi apa yang sebenernya saya INGINKAN?"

Saya menerima semua tawaran-tawaran yang datang ke kehidupan saya tanpa pernah memikirkan apa yang sebenarnya menjadi keinginan saya. Atau bahkan apa saya mempunyai suatu yang dinamakan keinginan?

Pada akhirnya saya sadar, selama ini saya terlalu lama hidup di dalam Comfort Zone. Saya terlalu nyaman sehingga keinginan-keinginan saya terbelenggu oleh kenyamanan tersebut. Tidak pernah benar-benar berusaha untuk mencapai suatu impian. Dan apabila dua pekerjaan ini terus dilanjutkan, saya tidak akan fokus dan keduanya hanya akan berjalan stagnan bukannya meningkat.

Pada saat itu saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saya sebagai Process Development. Saya menempatkan diri saya di ujung jurang demi mencapai KEINGINAN saya bekerja di dunia musik dan creative.

Sekarang saya tidak seaman dulu untuk masalah finansial ataupun pekerjaan. Namun dengan ini saya belajar untuk "memiliki" keinginan dan berusaha menggapainya. Jatuh itu biasa tapi yang penting bagaimana kita bisa bangkit bukan?

Get out from your comfort zone than you'll see life



1 comment:

  1. Well that's a serious stuff up there. :D

    Man, I'm stoned. Life's not fun with no 'fight' in it, right?

    Good decision and.. good luck Yo! :)

    ReplyDelete